Pada sebuah siluet senja yag menabur rarakan mega
Pada awal temaram malam pengantar sang mentari ke peraduan
Pada saat binatang malam muncul ke haribaan permukaan
Aku melihat mu
Kau menebar sebuah aura pesona tiada tara
Dengan gemulai lembut sang maha dewi menyambut tirai malam
Dan pancaran binar mata keteduhan yang menentramkan
Membuat seuntai kedamaian di dalam jiwaku
Tawa mu memecah seriang hasrat keceriaan
Menghapus saputan awan mendung dalam rautan hati ku
Tingkah laku mu memantap dalam tapak tilas kedewasaan
Memecah langit sepenggalan jiwa yang terhanyut dalam keteguhanmu
Maka salahlah aku jika namamu telah terpahat dalam puri terdalam hati ku?
Salahkah aku jika rautan wajahmu membayang dalam setiap ketinggian malamku?
Namun ….
Bukan aku tak mampu mengutarakan sebuah kejujuran dari relung terdalam jiwa ini !
Bukan aku tak mampu membuat ketulusan itu menjelma dalam selaksa kenyataan!
Semuanya karena aku tahu diri
Dirimu adalah bintang gemintang yang berpendar di ketinggian langit
Sedangkan aku hanyalah sebuah untaian debu yang mudah melenyap terkena sentuhan semilir angin
Ah ………….
Mungkin aku terlalu terlalu luruh menghiba jasad temaram pesona
Mungkin juga dirimu terlalu malu mengungkapkan biduk – biduk dari sebuah nuansa -rasa
Maka biarkan aku selalu tetap memuja mu
Hingga sepanjang jarak ombak berbuih
Wednesday, May 9, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment