Sebentang kisah terpahat di masa silam
Kala ku pertama kali melihat pendar rembulan
Di malam pekat bermandikan simbahan hujan
Kau mencoba mengadu nasib di pembaringan
Telaga bening mu meleleh di kelopak mata
Mendengarkan tangisan ku yg memecah malam
Di iringin suara azdan yg begitu merdu adzan yang ayah lantunkan
Kau mendekapku erat hingga bagai tak terpisahkan
Aku pun tumbuh
Bersama jalinan kasih sayang yg tak kan pernah terbalaskan
Melewati onak duri dan titian tali temali kehidupan
Bunda ……
Kau adalah keindahan siluet senja di ujung samudera
Kebaikan mu laksana seputih salju di antaratika
Maka .…..
Biarkan aku bersimpuh di kaki mu
Dan biarkan aku menghormati mu
Hingga sepanjang jarak ombak berbuih
Wednesday, May 9, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment