Ku pandangi lagi ukiran nama mu
Terpahat tergores di sebuah batu terukir
Bertahtakan lumut yang telah berjelaga
Mungkin sepanjang jarak kerinduan yang mendekam
Tak akan ada separuh penjumpaan senyata nyata kehadiran
Saling menyentuh tangan, saling memandang dengan pandangan teduh syahdu penuh kasih sayang
Menggetarkan rasa lewat kelap kelip setiap selipan pertemuan
Dan menggenggam separuh rasa saling melengkapi
Binar matamu adalah keindahan penerang di kegelapan pekat gulita
Seutas senyummu adalah untaian butir - butir embun di pegunungan
Mungkin suatu masa kita menilai
Arti dari sebuah siksaan kehilangan
Dengan searif iklash menerima dengan ketabahan
Dan menikamkan nuansa pandora dari setiap kejadian
Pekatpun pun menghadir dan potongan rembulan mulai memahkotai malam
Tanah merah itu kini telah menjadi singgasana ilalang
Tumbuh merekah menancap berkembang tepian - tepian rerumputan
Menutup ukiran namamu
Dan kumpulan debu menjelaga kehitaman
Taburan bunga ku semaikan
Tanaman liar ku singkirkan
Untaian doa selalu kulantunkan
Seiring kerinduan ku yang memuncak bersama daun daun pohon kemboja yang berguguran
-.-
Disebuah pekuburan seorang pria melangkah gontai meninggalkan sebuah nisan
Wednesday, December 26, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment