Waktu pernah mengukir celah celah kebersamaan
Jabat tangan pernah mengabur sebait luka yang menoreh
Perih menyayat
Membiru terdekam di lubuk hati terdalam
Menghiba jasad menelusuri puing - puing kenangan
Melewati masa kini memberangus masa silam
Namun apalah artinya hamba
Hanya semakluk jiwa yang pernah tertatih menilam cahaya cinta
Mungkin ini adalah sebentuk keanehan alinan kesucian cinta
Aku teramat membenci mu
Namun sejujur nya teramat merindukan mu
Aku teramat sangat merindukan mu
Namun sebenarnya membencimu
Rasa pun berbaur
Manis, Pahit, kelam, terang berderang
Sepotong kaca memantul cahaya rautan wajahmu
Namun ku anggap kau adalah sepotong patung yang mengabadi dalam kebisuan
Akhirnya kau pun menjauh
Pergi tergesa tanpa menunggu tetesan gerimis menghimpun berkumpul menjadi air bah hujan
Hilang melenyap tanpa menanti untaian embun tergores sinaran mentari
Apakah aku menyesal meninggalkan mu ?
Apakah kau bahagia menyakitiku ?
Apakah gubahan kerinduan ini menandakan diri mu adalah bagian puzzle hati ku yg hilang ?
Atau kah kau kebencian yang meremuk redam ini hanyalah sebatas oase yang memalingkan wajah ketika menyusuri lembah gurun kering kerontang kesunyian dan kesepian.
Waktu mengejarku di belakang
Seolah menikam selaksa kenangan yang mungkin hanya jadi prasasti pengalaman di kemudian hari masa depan ku
Namun satu hal yang pasti aku pahami
Sampai kapan pun aku tak menyesal mencintaimu dalam kerinduan dan kebencian yang kadang mendekamku.
Wednesday, December 26, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment